Sponsor

Saturday, September 7, 2013

transformasi pendidikan yunani



BAB I


PENDAHULUAN


 Pentingnya kita mempelajari dan mengetahui sejarah, diantaranya dengan sejarah ini kita bisa melihat dan berkaca dengan peristiwa-peristiwa masa lampau yang tak akan pernah kembali. Maka setelah itu, kita bisa mengambil pelajaran dari setiap detik peristiwa-peristiwa tersebut. Bagaimana kita bisa menjadikannya sebagai batu loncatan dalam mengembangkan kualitas kita sebagai manusia.


Membaca masa transformasi intelektual yunani, persia dan romawi, serasa berada dalam perjalanan menuju zaman keemasan islam, begitu indah. geliat kemajuan, semangat, kekompakan umat islam, terutama dalam ranah ilmu pengetahuan. Pemerintahan yang amat cinta terhadap ilmu, rasanya ingin sekali bisa benar-benar merasakan betul atmosfer keadaan umat islam pada masa itu.


Melihat keadaan umat islam di zaman modern ini, yang tengah berada dalam fase penurunan kualitas umat. Penindasan bangsa yahudi terhadap negara islam. Perpecahan dikalangan umat sendiri, kekerasan yang merajalela, hingga pandangan-pandangan  negatif terhadap agama rahmatan lil ‘alamin ini. Maka dengan berkaca pada zaman keemasan islam yang salah satunya ditandai dengan transformasi intelektual yunani , persia, dan romawi dalam dunia islam ini, semoga kita bisa sedikit  meningkatkan kualitas keislaman, khususnya terhadap diri pribadi kita masing-masing.


Sebelum masuk dalam pembahasan alangkah baiknya terlebih dahulu kami definisikan apa itu transformasi intelektual. Dalam kamus besar bahasa indonesia, secara bahasa transformasi adalah perubahan (bentuk, sifat, fungsi, dsb). Adapun secara istilah transformasi adalahperubahanstrukturgramatikalmenjadistrukturgramatikal lain dengan menambah, mengurangi, ataumenatakembaliunsur-unsurnya. Adapun definisi intelektual secara bahasa dapat diartikan cerdas, berakal, dan berpikir jernih berdasarkan ilmu pengetahuan. Sedang secara istilah, intelektual adalah totalitas pengertian, atau kesadaran, terutama yang menyangkut pemikiran dan pemahaman.


Jadi transformasi intelektual yunani, persia, romawi dalam dunia  islam dapat kita definisikan sebagai proses perubahan struktur gramatikal pemikiran, kesadaran yang berdasarkan ilmu pengetahuan, serta tradisi keilmuan Yunani, persia dan Romawi untuk kemudian masuk dan diadopsi dalam bentuk yang baru di dunia islam.


Adapun yang berkaitan dengan kemampuan daya nalar untuk memahami atau melakukan suatu tindakan, dinamakan intelektualisme[1][1]. Dalam islam, intelektualisme adalah hal pertama yang mendapat perhatian serius. Karena memicu semangat doktrinal dari wahyu yang pertama tersebut sedemikian kental menjiwai kehidupan masyarakat muslim. Hal ini kemudian melahirkan transformasi keilmuan hingga menjadikan Baghdad, Cordova, ataupun Kairo sebagai pusat-pusat peradaban dan kebudayaan dunia. 

BAB II
PEMBAHASAN




Secara umum, peradaban Barat modern diklaim berasal dari peradaban barat yang lebih tua (biasanya diasosiasikan dengan Yunani dan Romawi). Namun demikian, mengingat jarak yang demikian jauh antara kedua fase ini, maka klaim tersebut perlu dicermati kembali secara serius. Realitasnya, pada waktu peradaban barat sedang mengalami kemunduran, saat itu justru merupakan islam sedang berada pada fase perkembangan dan kejayaan.


Sejarah mencatat bahwa masa ‘The Golden Age’ pernah dialami oleh umat islam, dimana pada saat itu kaum Muslim berhasil mencapai puncak kejayaan di bidang sains dan ilmu pengetahuan yang memberikan kemaslahatan yang amat besar bagi peradaban dunia.


A.    Pusat-pusat Peradaban Pra-Islam


1.      Athena


Sebagai sebuah kota yang berada di bawah kekuasaan Romawi Timur, Athena mengalami kemakmuran dan kemajuan budaya serta menjadi salah satu pusat intelektual kerajaan Romawi. Filsafat dan Ilmu-ilmu lainnya berkembang dengan baik.


2.      Alexandria


Sejak abad pertama masehi telah menjadi pusat pengembangan filsafat dan ilmu yang berasal dari tradisi timur (India dan Cina) maupun tradisi ilmiah Mesir. Terkenal dengan museumnya yang diberi nama Museum Alexandria


3.      Romawi Timur


Ketika kerajaan Yunani mengalami kemunduran dan kemudian kaisar Augustus mendirikan kerajaan Romawi pada tahun 27 SM. Saat itu, Athena tetap berfungsi sebagai pusat pengembangan Intelektual. Sayangnya, filsafat dan sains tidak pernah tumbuh subur di Roma seperti halnya di Athena dan Alexandria. Namun demikian, para filosof dan ilmuwan pada masa romawi mencakup orang-orang yang sangat berpengaruh dalam perkembangan intelektual eropa  masa pertengahan.


4.      Konstatinopel


Disana terdapat Universitas sebagai sumbangan Konstantinopel terhadap perkembangan pengetahuan. Dan Universitas ini merupakan universitas baru yang  menjadi pusat belajar terpenting dikerajaan tersebut.


5.      Jundi Shapur


Menjadi pusat  intelektual terbaik dizamannya, khususnya dalam bidang kedokteran, matematika dan musik.


6.      Edessa, Harran dan Nisibis


Karya-karyanya yang diterjemahkan saat ini mencakup bidang matematika, astronomi, kedokteran dan filsafat. Pada paruh pertama abad ke-6 M kota Nisibis memiliki sebuah akademi pendidikan yang mungkin bisa disebut terbaik di dunia kala itu. Disini berlangsung penerjemahan karya-karya penting Yunani dan Sansekerta kedalam bahasa Persia lama dan bahasa Syria, oleh para ilmuwan Syria , Yahudi, dll.


7.      Baghdad


Di tempat ini munculnya para ilmuwan Muslim terkenal seperti Al-Khawarizmi, Al-Kindi, dan lainnya. Baitul Hikmah merupakan perpustakan yang didirikan pada masa dinasti Abbasiyah. Di Baghdad ini dilakukan penterjemahan buku asing ke dalam bahasa arab, termasuk buku-buku Yunani.




B.     Transformasi Intelektual Yunani, Persia, dan Romawi ke Dunia Islam


Proses transformasi terkait erat dengan sistem pendidikan islam yang berlaku pada saat itu. Baik dari segi kelembagaan, materi, maupun metodenya[2][2]. Kontak awal islam dengan peradaban klasik terjadi karena proses perluasan wilayah. Adanya keterkaitan antara peradaban Barat dan peradaban Islam, dimana perkembangan islam mengambil manfaat dari peradaban barat dan sebaliknya pada masa sesudahnya.


Sejak terjadinya ekspansi islam ke beberapa wilayah diluar jazirah arab, seperti Bizantium hingga Konstantinopel. Islam mulai berkenalan secara intensif dengan berbagai kultur yang ditemuinya. Kenyataan bahwa daerah-daerah baru tersebut telah memiliki akar dan tradisi intelektual serta kebudayaan yang tinggi telah mendorong perkembangan pengetahuan dalam ranah pemikiran islam. Kebijakan untuk mempertahankan pusat-pusat pengetahuan dan budaya, yang umumnya memiliki tradisi kefilsafatan yunani yang kuat menjadi jembatan terjadinya transformasi intelektual dari filsafat yunani  ke dalam tradisi intelektual islam.


Transformasi intelektual yunani ke dalam islam mengambil bentuknya sendiri yang disesuaikan dengan ajaran islam. Karena itu, beberapa hal ditafsirkan kembali dalam pemahaman yang islami tanpa mencabut nilai dasar dari pemikiran induknya. Tradisi intelektual islam adalah tradisi yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadis sebagai pijakan epistomologisnya dan lebih bersifat naqly, dan bermuara pada tujuan mengesakan Allah sebagai asas ajaran islam. Sementara tradisi yunani berpijak pada logika rasional dan sangat dipengaruhi oleh mitologi dan politeisme.


  Benih-benih proses transformasi dan perkembangan ini sebenarnya sudah mulai terlihat pada masa Bani Umayah. Akan tetapi masa prosentasenya akan sangat kecil jika dibandingkan dengan  masa puncaknya yang terjadi pada masa Daulah Abbasyiah. Hal ini di tunjukan dengan berkembang pesatnya ilmu pengetahuan. Berikut sebab-sebab perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat pada masa Dinasti Abbasyiah, diantaranya[3][3]:  


a.       kontak antara islam dan persia menjadi jembatan berkembangnya ilmu pengetahuan dan fisafat karena secara kultural persia banyak berperan dalam pengembangan tradisi keilmuan yunani. Salah satu lembaga yang berperan dalam penyebaran tradisi helenistik di persia adalah akademi jundishapur warisan kekasiaran sassaniah. Selain Jundishapur, terdapat pusat-pusat ilmiah persia lainnya yaitu, Salonika, Ctesiphon, dan Nishapur.


b.      Etos keilmuan khalifah-khalifah di zaman Abbasyiah tampak menonjol, terutama dua  khalifah terkemuka, yaitu, Harun Ar-Rasyid dan Al- Ma’mun, yang amat mencintai ilmu pengetahuan.


c.       Aktivitas penerjemahan literatur-literatur Yunani ke dalam bahasa Arab demikian besar dan ini didukung oleh khaifah, yang memberi imbalan yang besar terhadap para penterjemah.


d.      Relatif tidak adanya pembukaan daerah kekuasaan islam dan pemberontakan-pemberontakan, menyebabkan stabilitas negara terjamin. Hal ini membuat konsentrasi pemerintah dalam memajukan aspek sosial dan intelektual menemukan peluangnya.


e.       Adanya peradaban dan kebudayaan yang heterogen di Baghdad menimbulkan proses interaksi antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain.


f.       Situasi kota Baghdad yang kosmopolit dimana berbagai macam ras, suku, dan etnis serta masing-masing kulturnya yang berinteraksi satu sama lain, mendorong adanya pemecahan masalah dari pendekatan intelektual.




Pada dasarnya peradaban serta keilmuan Yunanilah yang paling menonjol dari proses transformasi ini. Melihat bagaimana penerjemahan besar-besaran yang terjadi pada masa Daulah Abbasyiah ini diibaratkan air banjir sungai yang besar jika dibandingkan dengan proses penerjemahan pada masa bani Umayah yang diibaratkan setetes air saja. Di sini hampir seluruh disiplin ilmu yang tidak dikenal dalam tradisi islam, diterjemahkan secara masal dengan cara mengupah para penerjemah dengan gaji yang sangat besar. Jumlah karya Yunani yang diterjemahkan pada periode ini luar biasa. Pada bagian akhir abad kesembilan hampir semua karya yang diketahui dari musium-musium helenistik telah tersedia bagi ilmuwan-ilmuwan muslim[4][4].




C.     Kontribusi Intelektual Islam Terhadap Dunia Barat


1.        Islam ke dunia barat


Transformasi peradaban islam ke peradaban barat khususnya dalam ilmu pengetahuan setidaknya terbangun  melalui dua saluran utama. Pertama, melalui mahasiswa dan cendikiawan dari eropa barat yang belajar di sekolah-sekolah tinggi dan universitas Spanyol. Kedua, melalui terjemahan karya muslim dari sumber-sumber berbahasa arab.


Banyak pemuda eropa yang belajar di universitas-universitas islam di Spanyol seperti Cordova, Sevilla, Malaca, Granada, dan Salamanca.


Universitas yang pertama kali berada di Eropa adalah Universitas Paris(1213 M). Tidak sedikit unversitas ini mencetak sarjana handal seperti Petrus Alfonsi(1062 M) belajar ilmu kedokteran pada fakultas kedokteran di Spanyol, dan ketika kembali ia diangkat menjadi dokter pribadi Raja Henry I(1120 M). Selain menjadi dokter, ia bekerja sama dengan walcher menyusun mata pelajaran ilmu falak berdasarkan pengetahuan sarjana dan ilmuwan muslim yang didapatnya dari Spanyol.


Banyak sarjana –sarjana muslim yang berjasa karena telah meneliti dan mengembangkan ilmu pengetahuan, bahkan karya mereka diterjemahkan ke dalam bahasa eropa meskipun ironisnya diakui sebagai karya mereka sendiri.


Akibat atau pengaruh dari perkembangan ilmu pengetahuan  islam menimbulkan kajian filsafat yunani besar-besaran dan akhirnya menimbulkan gerakan-gerakan.


Faktor yang mendukung terjadinya transformasi intelektual, ada dua , yaitu faktor internal; sifat inklusifitas umat islam dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Faktor eksternal; penyebaran pengetahuan islam terjadi melalui jalur perdagangan, pendidikan dan penerjemahan karya-karya muslim ke dalam bahasa latin.


2.        Kontribusi Intelektual Islam


Perkembangan ilmu pengetahuan dalam dunia islam di abad pertengahan jelas didukung oleh adanya kekuatan sistem pendidikan islam yang integral dan dinamis. Sehingga mampu menghasilkan cendikiawan-cendikiawan besar pada hampir di-segala bidang keilmuan. Perkembangan ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh para ilmuwan muslim telah melahirkan karya besar  diberbagai bidang keilmuan yang menjadi referensi bagi ilmuwan barat pada masa selanjutnya. Seperti Fatihat Al-Ulum oleh imam Al-Ghazali, Syiyarat Namah oleh Nizam Al-Mulk, dll.


Kontribusi intelektual islam dalam hal keilmuan tidak terbatas dalam hal pendidikan saja. Namun meliputi bidang-bidang keilmuan lainnya. Seperti : astronomi, matematika, fisika, kimia, ilmu hayat, kedokteran, filsafat, sastra, geografi dan sejarah, sosiologi dan ilmu politik, arsitektur dan seni rupa, musik.


Dalam bukunya Samsul Nizar menjelaskan kontribusi intelektual islam terhadap dunia barat, yaitu[5][5] :


1.      Memperkaya kurikulum pendidikan barat khususnya di wilayah eropa barat laut yang muncul karena adanya proses penerjemahan karya-karya umat islam di berbagai bidang ilmu.


2.      Umat islam telah memberikan model bentuk rumah sakit, sanitasi, serta makanan yang sehat dan bergizi kepada barat.


3.      Umat islam telah membidani lahirnya gerakan-gerakan yang sangat berpengaruh terhadap kemajuan dunia barat, yakni renaissance,reformasi,rasionalisme, dan aufklarung.


Selain itu, umat islam memperkenalkan pabrik-pabrik kertas ke dunia barat untuk menulis karya-karya ilmiah.




BAB III


PENUTUP




Kemajuan-kemajuan dunia barat yang sekarang ini kita rasakan tidak terlepas dari kontribusi para ilmuwan muslim pada masa kejayaan islam. Disaat dunia mengalami masa kegelapan dikarenakan dunia barat masih dikuasai doktrin gereja yang cenderung menolak kajian ilmu pengetahuan dan para ilmuwan pun dianggap kafir, sampai siksaan dan hukuman ditanggung bagi mereka yang masih mempertahankan kegiatan keilmuan mereka. Sementara itu dunia islam justru sibuk melakukan pengkajian dan pengembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat sehingga melahirkan peradaban yang sangat tinggi, yang pada akhirnya dunia barat merasa tertinggal atas kemajuan yang dialami umat islam, maka dari sinilah muncul gerakan-gerakan yang berusaha mendobrak doktrin gereja agar tidak campur tangan mengenai kegiatan keilmiahan mereka. Gerakan itu diantaranya renaissance, reformasi, rasionalisme, dan aufklarung.


Namun, ironisnya ketika dunia barat mulai mengejar ketertinggalannya dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang kemudian mengalami perkembangan-perkembangan, justru umat islam mengalami kemunduran yang disebabkan oleh krisis moral.              


DAFTAR PUSTAKA






Nata, Abduddin.2004.Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik dan Pertengahan. Jakarta : Grafindo.


Idi, Abdullah, Toto Suharto.2006.Revitalisasi Pendidikan Islam. Yogyakarta : Tiara Wacana.


Saefuddin, Didin.2002.Zaman Keemasan Islam. Jakarta : Grasindo.


Nizar, Samsul.2009.Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Media Group.













[1][1]Abdullah Idi, Toto Suharto,Revitalisasi Pendidikan Islam(Yogyakarta:Tiara Wacana, 2006). Hal.3.


[2][2]Ibid.


[3][3]Didin Saefuddin,Zaman Keemasan IslamI(Jakarta:Grasindo, 2002), hal.147.


[4][4]Abuddin Nata,Sejarah Pendidikan Islam pada Periode Klasik dan Pertengahan(Jakarta :Grafindo, 2004), hal.159.


[5][5]Samsul Nizar,Sejarah Pendidikan Islam(Jakarta : Media Group,2009), hal.19.





lihat informasi lainnya di www.rosyidnurekaputra.blogspot.com

No comments:

Post a Comment